Kamis, 28 Januari 2010
Profil Propinsi Bengkulu
Provinsi Bengkulu terletak di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan, memanjang dari perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung. Secara administratif, provinsi ini terdiri dari 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kaur, Seluma, Muko-Muko, Lebong dan Kaphyang serta 1 (satu) kota, yaitu kota Bengkulu yang sekaligus merupakan ibu kota provinsi ini.
Beberapa hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan di Bengkulu memiliki potensi untuk dikembangkan dan diolah dalam industri olahan, seperti minyak kelapa sawit, rotan, kayu lapis.dan olahan untuk bahan furniture, crumb rubber, udang beku dan pengolahan ikan dalam kaleng. Daerah Bengkulu juga menghasilkan sayur-sayuran, seperti lombok, tomat, kacang kedelai, kacang hijau, kancang panjang, terong, kubis, sawi, wortel, lobak, dan buah-buahan seperti durian, mangga, pepaya, dan pisang.
Perkebunan di Bengkulu menghasilkan antara lain, kelapa sawit, karet, dan coklat yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan. Sementara kopi banyak terdapat di Rejang Lebong. Hasil komoditas perkebunan lainnya, seperti lada, cengkeh, enau, teh, tembakau, kemiri, kapuk dan pinang tersebar di seluruh wilayah Bengkulu.
Potensi perikanan di daerah Bengkulu meliputi usaha perikanan darat, tambak, dan perikanan laut yang sampai sekarang belum dimanfaatkan secara optimal dan masih berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terutama dalam hal pemanfaatan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).
Bengkulu juga memiliki obyek wisata yang beragam, baik wisata alam, budaya maupun sejarah. Wisata alamnya antara lain Bukit Kaba di Curup, Bukit Belerang Semaleko di Lebong Selatan, Bunga Raflesia Arnoldi di Taba Pananjung. Rekreasi pantainya antara lain pantai Panjang Nala di Gading Cempaka, pantai pasir putih Pulau Baai di Selebar, danau di Selebar, danau Tes di Lebong Selatan, cagar alam Pagar Gunung di Kepahyang, cagar alam Lubuk Tapi di Pino, dan sebagainya. Wisata budayanya antara lain kesenian Tabot, tarian rakyat Enggano, dan kerajinan kain Besurek. Wisata sejarahnya meliputi rumah peninggalan Bung Karno, Benteng Malborough, dan monumen Thomas Par di Teluk Segara.
Sebagai tujuan investasi, provinsi ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya Bandara Fatmawati di Bengkulu dan Bandara Muko-Muko di Bengkulu serta memiliki Pelabuhan Linai Bintuhan dan Pelabuhan Malakoni Enggano.
Catatan :
Pembagian Wilayah Administratif Prov Bengkulu :
No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Bengkulu Selatan/Kota Manna
2 Kabupaten Bengkulu Tengah/Karang Tinggi
3 Kabupaten Bengkulu Utara/Arga Makmur
4 Kabupaten Kaur/Bintuhan - Kaur Selatan
5 Kabupaten Kepahiang/Kepahiang
6 Kabupaten Lebong/Muara Aman
7 Kabupaten Mukomuko/Mukomuko
8 Kabupaten Rejang Lebong /Curup
9 Kabupaten Seluma/Tais
10 Kota Bengkulu -
Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=17
http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu
Sumber Gambar:
http://www.unib.ac.id/images/other/image/bengkulu1.jpg
Bengkulu, Sedikit Keunikan tentang Kotanya
Ada yang masih belum tahu Bengkulu? Bengkulu bukan Maluku. Ya, sering saat saya mengatakan bahwa saya dibesarkan di Bengkulu, orang yang mendengar sering mengira Maluku. “Bengkulu yang dekat dengan Sulawesi itukan?” Heh?!
Memang Bengkulu bukanlah daerah yang tergolong terkenal, baik kota maupun propinsinya. PADnya pun hampir selalu defisit untuk mencukupi pembangunan daerahnya sendiri. Beberapa tags yang cukup berkaitan dengan kata Bengkulu mungkin adalah Presiden RI pertama Soekarno, bunga Rafflesia, dan benteng Marlborough. Ada yang lain? *garuk-garuk…kekeke.
Saya ndak akan bercerita tentang detil daerah Bengkulu, anda bisa mencarinya di google dan internet. Saya hanya ingin menceritakan sedikit keunikan yang ada di kota Bengkulu, yang merupakan ibukota propinsi Bengkulu itu sendiri. Saya pernah posting tentang kurotidur, daerah yang membesarkan saya dan sampai sekarang kedua orang tua saya masih tinggal disana. Dahulu saat SMU saya musti pindah dan ngekos di kota Bengkulu yang berjarak 70an Km dari daerah Kurotidur itu. Itulah sebabnya kenapa saya memiliki sedikit kenangan yang unik tentang kota Bengkulu.
Sedikit informasi tentang Kota Bengkulu di Wikipedia :
Kota Bengkulu adalah ibu kota provinsi Bengkulu, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 144,52 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 200.000 jiwa. Kota Bengkulu terletak di tepi pantai pulau Sumatra yang menghadap ke Samudra India. Provinsi Bengkulu sendiri terletak pada pantai barat pulau Sumatra pada posisi 101° 1′ – 104° 46′ BT dan 2° 16′ sampai 5° 13′ LS, yang membujur sejajar dengan Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dengan panjang pantai 525 km dan luas teritorial 48.075 km².
Kota ini terkenal karena pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun 1939 – 1942 pada masa Hindia-Belanda. Selain itu, di kota ini terdapat benteng peninggalan Kerajaan Inggris, Fort Marlborough, yang terletak di tepi pantai. Sekarang daerah pantai di dekat benteng ini sedang diupayakan untuk dikembangkan untuk tujuan pariwisata.
Selama 3 tahun saya tinggal di kota Bengkulu tersebut, menyelesaikan sekolah di SMUN 5 (dulu jaman saya masih SMUN 4). Ada sedikit keunikan dengan nama-nama daerah di kota Bengkulu sana, yang sampai sekarang saya masih bisa mengingatnya. Berikut list tentang beberapa nama daerah di kota itu yang masih bisa saya ingat :
Ratu Agung
Ratu Samban
Pondok Besi
Pintu Batu
Pagar Dewa
Kebun Ros
Sawah Lebar
Suka Rame
Suka Merindu
Kampung Bali
Kampung Cina
Semarang
Surabaya
Pasar Melintang
Tanah Patah
Kebun Tebeng
Air Sebakul
Sumur Melele
Sungai Hitam
Coba anda perhatikan, dimanakah kira-kira letak keunikannya? …. Bisa? Hehehe… Nama-nama daerah itu bisa menjadi sebuah keunikan karena kita bisa merangkainya menjadi kalimat untuk menggambarkan atau bercerita tentang kota Bengkulu. Saya coba merangkainya dengan versi saya dibawah ini.
Kota Bengkulu itu hebad, karena ada dua ratu yang tinggal disana yaitu Ratu Samban dan Ratu Agung. Kota Bengkulu juga sangar karena disana banyak Pondok yang terbuat dari Besi, Pintunya Batu, dan berPagarkan Dewa! Disana ada Kebun Ros juga dan Sawahnya Lebar semua.
Meskipun orang-orang di kota Bengkulu Suka Rame, namun juga Suka Merindu. Karena disana banyak berkumpul orang-orang dari Kampung Bali, Kampung Cina, Semarang dan Surabaya. Semacam Potret Bhineka Tunggal Ika lah…
Beberapa kekurangan di kota itu adalah Pasarnya Melintang, Tanahnya sering Patah, Kebunnya Nebeng, Airnya cuman Sebakul karena Sumurnya Meleleh dan Sungainya Hitam.
You see? cukup unik bukan? atau mungkin anda bisa merangkainya kalimatnya menjadi lebih baik? silahkan saja Kenapa saya bilang unik, karena selama saya berkeliling di berbagai kota lain di indonesia selama ini, saya belum pernah menemukan saingan atas keunikan seperti yang ada di kota Bengkulu tersebut. Atau jika memang ada dan anda tahu silahkan bercerita disini.
Sumber :
http://epat.songolimo.net/2008/08/28/bengkulu-sedikit-keunikan-tentang-kotanya/
28 Agustus 2008
Sumber gambar :
Blog Simpang Limo
Agar Tidak Punah, Kue-kue Khas Bengkulu Dibuat Renyah Dikunyah
Perempuan asli Bengkulu, Neliwati Dalimo, sukses menekuni produksi makanan ringan khas Bengkulu dengan merek Kue Ende. Sebetulnya usaha Kue Ende, yang dirintis sejak 2001 ini, lebih merupakan panggilan hati. Ia ingin memperkenalkan makanan khas Bengkulu ke seluruh Indonesia, dan bahkan ke luar negeri kelak.
“Bila tidak diperkenalkan kepada pasar, lama-kelamaan makanan ini akan dilupakan,” ungkap perempuan yang memulai usaha dengan modal Rp 100 ribu saja itu.
“Sebelumnya, saya membuat keripik bawang dan menitipkannya di toko-toko kue. Baru kemudian saya membuat kue-kue kering, ” katanya. Rasa dan penampilan kue-kue khas Bengkulu, jika berpegang pada resep asli, jadinya agak keras. “Walau rasanya enak, tapi karena keras, banyak orang malas memakannya,” keluh Neliwati.
Demi terlestarikannya makan ringan khas Bengkulu, maka Neliwati pun mencari jalan untuk membuat resep kue yang lembut dikunyah. Dalam upayanya ini, ia sekaligus bertekad menaikkan mutu kue-kue tradisional Bengkulu ini. Dengan menggunakan komposisi bahan baku kualitas tinggi, ia menghasilkan rangkaian kue-kue khas Bengkulu mutu prima dengan harga jual di atas rata-rata, yaitu Rp 5.000 per 1,5 ons sampai Rp 35 ribu per kg.
“Saat ini saya membuat lebih dari sepuluh macam kue snack, yang semuanya khas Bengkulu,” tuturnya. “Yang paling laku adalah kue bawang, perut punai dan tat.”
Neliwati tetap mengolah kue-kuenya secara tradisional, sehingga citarasanya pun tulen khas Bengkulu. “Agar tahan lama dan tetap gurih, kemasan harus benar-benar kedap udara. Maksimal kue saya bertahan sampai dua bulan,” katanya.
Setiap hari Kue Ende memproduksi sebanyak 25 kg kue. Untuk pengerjaannya, Neliwati dibantu oleh duabelas karyawan harian. Sedang pemasarannya, selain dijual di outlet miliknya sendiri, juga dijual ke toko-toko kue dengan sistem beli putus. Dari usaha memproduksi kue-kue khas Bengkulu ini, ia menikmati omzet hingga Rp 25 juta setiap bulan.
“Saya belum memasarkan langsung ke luar daerah, hanya lewat perantara saja,” ungkapnya. Ia mengakui bahwa dirinya sedang mencoba menembus pasar ritel lokal dan pasar di luar negeri karena sudah ada permintaan dari Cina untuk kue keripik bawang. Dalam misinya ini, Neliwati tidak akan hanya mengandalkan citarasa. Menurutnya, kemasan akan ikut sangat menentukan keberhasilannya.
Sumber :
Rachma Utami/Gema Industri Kecil/Edisi XVIII/2007, dalam :
http://www.langitperempuan.com/2008/10/agar-tidak-punah-kue-kue-khas-bengkulu-dibuat-renyah-dikunyah/
Menjelajahi Benteng Marlborough Bengkulu
alan-jalan ke Bengkulu kurang lengkap jika tidak mampir ke Benteng
Marlborough. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) pada 1713 hingga 1719 di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris.
Benteng itu didirikan di atas bukit dan dibangun menghadap ke arah kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia. Letaknya sekitar 30 meter dari bibir pantai.
Marlborough berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa
Hindia-Belanda pada 1825-1942. Namun sejarah Inggris selaku kepemilikan pertama benteng itu tidak akan pernah hilang.
Posisi Benteng Marlborough terletak tidak jauh dengan China Town atau perkampungan China di Bengkulu.
Rasa penasaran semakin besar dan tentunya sebelum memasuki area benteng, pengunjung harus membeli tiket. Tidak mahal, hanya membayar Rp 5 ribu, pengunjung pun bisa berlama-lama di benteng itu.
Saat memasuki benteng itu terdapat pintu yang terbuat dari besi tebal yang terdapat tulisan berbahasa Inggris. Setelah melewati pintu pertama, kita harus melewati jembatan yang terbentang sepanjang kurang lebih 10 meter. Di jembatan itu serasa melewati aliran sungai di film-film kerajaan Inggris.
Konon katanya, jembatan itu dulunya difungsikan secara manual yakni bisa diturunkan dan dinaikkan menggunakan rantai. Namun saat ini jembatan Benteng Marlborough sudah dipatenkan.
Setelah melewati jembatan, kita menemukan pintu besar sebagai pembatas yang langsung menuju inti dari benteng. Begitu sampai di dalamnya, setelah pintu masuk Benteng terdapat penjara di sebelah kanan dan kiri yang dipisahkan oleh pintu besi.
Lebih menjorok ke dalam, terdapat meriam-meriam peninggalan tentara Inggris dan Belanda yang sudah karatan. Sementara di bagian kanan benteng, terdapat barak tentara yang terdiri dari 8 pintu. Barak tersebut sangat sumpek dan kondisinya sangat lembab.
Bagaimana tidak, di barak itu hanya terdapat beberapa jendela yang konsepnya dibuat di bagian atas dan berukuran 25x40 cm. Jarak iternit dan lantai sekitar 2,5 meter. Selain itu di barak tersebut terdapat peluru meriam peninggalan tentara Inggris dan Belanda.
Lebih masuk ke dalam, kita dapat menaiki tangga ke lantai paling atas. Dari situ kita dapat melihat bentangan Samudera Hindia yang luas dan sudut-sudut benteng di bagian atasnya terdapat beberapa meriam. Meriam itu mengarah ke lautan dan kota yang saat ini menjadi pusat kota Bengkulu. Aura peperangan juga terasa di benteng itu. (ikh/nik)
Sumber :
Muhamad Ikhsan
http://www.detiknews.com/read/2010/01/04/143713/1271306/10/menjelajah-benteng-marlborough-bengkulu
4 Januari 2010
Marlborough. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) pada 1713 hingga 1719 di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris.
Benteng itu didirikan di atas bukit dan dibangun menghadap ke arah kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia. Letaknya sekitar 30 meter dari bibir pantai.
Marlborough berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa
Hindia-Belanda pada 1825-1942. Namun sejarah Inggris selaku kepemilikan pertama benteng itu tidak akan pernah hilang.
Posisi Benteng Marlborough terletak tidak jauh dengan China Town atau perkampungan China di Bengkulu.
Rasa penasaran semakin besar dan tentunya sebelum memasuki area benteng, pengunjung harus membeli tiket. Tidak mahal, hanya membayar Rp 5 ribu, pengunjung pun bisa berlama-lama di benteng itu.
Saat memasuki benteng itu terdapat pintu yang terbuat dari besi tebal yang terdapat tulisan berbahasa Inggris. Setelah melewati pintu pertama, kita harus melewati jembatan yang terbentang sepanjang kurang lebih 10 meter. Di jembatan itu serasa melewati aliran sungai di film-film kerajaan Inggris.
Konon katanya, jembatan itu dulunya difungsikan secara manual yakni bisa diturunkan dan dinaikkan menggunakan rantai. Namun saat ini jembatan Benteng Marlborough sudah dipatenkan.
Setelah melewati jembatan, kita menemukan pintu besar sebagai pembatas yang langsung menuju inti dari benteng. Begitu sampai di dalamnya, setelah pintu masuk Benteng terdapat penjara di sebelah kanan dan kiri yang dipisahkan oleh pintu besi.
Lebih menjorok ke dalam, terdapat meriam-meriam peninggalan tentara Inggris dan Belanda yang sudah karatan. Sementara di bagian kanan benteng, terdapat barak tentara yang terdiri dari 8 pintu. Barak tersebut sangat sumpek dan kondisinya sangat lembab.
Bagaimana tidak, di barak itu hanya terdapat beberapa jendela yang konsepnya dibuat di bagian atas dan berukuran 25x40 cm. Jarak iternit dan lantai sekitar 2,5 meter. Selain itu di barak tersebut terdapat peluru meriam peninggalan tentara Inggris dan Belanda.
Lebih masuk ke dalam, kita dapat menaiki tangga ke lantai paling atas. Dari situ kita dapat melihat bentangan Samudera Hindia yang luas dan sudut-sudut benteng di bagian atasnya terdapat beberapa meriam. Meriam itu mengarah ke lautan dan kota yang saat ini menjadi pusat kota Bengkulu. Aura peperangan juga terasa di benteng itu. (ikh/nik)
Sumber :
Muhamad Ikhsan
http://www.detiknews.com/read/2010/01/04/143713/1271306/10/menjelajah-benteng-marlborough-bengkulu
4 Januari 2010
Sejarah Provinsi Bengkulu
Nama Bengkulu diambil dari kisah perang melawan orang Aceh yang datang hendak melamar Putri Gading Cempaka, yaitu Soak Ratu Agung Raja Sungai Serut Akan tetapi lamaran tersebut ditolak sehingga menimbulkan perang. Suku Soak Dalam, adalah saudara kandung Putri Gading Cempaka yang menggantikan Raja Sungai Serut, saat terjadi peperangan berteriak “Empang ka Hulu-Empang ka hulu”: yang artinya hadang mereka (orang Aceh) jangan biarkan mereka menginjakkkan kakinya ditanah kita . Dari kata tersebut lahirlah kata Bangkahulu atau Bengkulu, bangsa Inggris menyebutkannya dengan Bencoolen.
Wilayah Bengkulu telah didiami penduduk sejak zaman prasejarah, hal ini ditunjukan dengan ditemukannya prasasti dibagian utara Bengkulu, yaitu bangunan megalitik type dongson dibagian selatan Bengkulu.
Dalam sejarah Bengkulu terdapat kerajaan-kerajaan kecil yaitu : Selebar, Sungai Serut, Empat Petulai, Indra Pura dan beberapa kerajaan lainnya.
Kerajaan Selebar merupakan salah satu kerajaan di Bengkulu yang telah melakukan perdagangan ke luar negeri yang ditandai adanya perjanjian dengan Perusahaan Hindia Timur Inggris pada tanggal 12 Juli 1685. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Raja Selebar memberikan hak kepada Inggris untuk membangun gudang dan benteng, hal ini merupakan salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Selebar.
Pada tahun 1712 Yoseph Collet diangkat menjadi Deputi Gubernur, ia meminta izin untuk menggantikan benteng York dan membangun sebuah benteng baru diatas karang, sebuah bukit kecil yang menghadap ke laut sekitar 2 Km dari benteng York. Pada tahun 1714 dimulailah pembangunannya dan selesai pada tahun 1718. Yoseph Colet menyebutnya benteng "Malborough" yang merupakan Duke Of Malborough pertama yang diangkat menjadi pahlawan nasional setelah ia memenangkan sejumlah pertempuran melawan Perancis dan musuh-musuh lainnya.
Pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles tahun 1818 – 1824 Bengkulu menjadi terkenal.
Pada Tahun 1825 Inggris yang menguasai Bengkulu melakukan tukar menukar dengan Belanda yang menguasai Malaysia dan Singapura. Belanda selanjutnya menempati benteng Malborough sampai perang dunia II yang pada akhirnya semua wilayah Sumatera diduduki tentara Jepang sampai Jepang menyerah kalah pada tahun 1945. Setelah kemerdekaan RI tahun 1945 benteng tersebut digunakan oleh TNI dan polisi sampai tahun 1970. Setelah kemerdekaan RI Bengkulu merupakan salah satu Keresidenan di Provinsi Sumatera Selatan, baru pada tahun 1968 Bengkulu terwujud menjadi Provinsi yang berdiri sendiri dan lepas dari Provinsi Sumatera Selatan.
Sumber :
http://bengkulu.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=56&Itemid=40
30 November 2009
Wilayah Bengkulu telah didiami penduduk sejak zaman prasejarah, hal ini ditunjukan dengan ditemukannya prasasti dibagian utara Bengkulu, yaitu bangunan megalitik type dongson dibagian selatan Bengkulu.
Dalam sejarah Bengkulu terdapat kerajaan-kerajaan kecil yaitu : Selebar, Sungai Serut, Empat Petulai, Indra Pura dan beberapa kerajaan lainnya.
Kerajaan Selebar merupakan salah satu kerajaan di Bengkulu yang telah melakukan perdagangan ke luar negeri yang ditandai adanya perjanjian dengan Perusahaan Hindia Timur Inggris pada tanggal 12 Juli 1685. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Raja Selebar memberikan hak kepada Inggris untuk membangun gudang dan benteng, hal ini merupakan salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Selebar.
Pada tahun 1712 Yoseph Collet diangkat menjadi Deputi Gubernur, ia meminta izin untuk menggantikan benteng York dan membangun sebuah benteng baru diatas karang, sebuah bukit kecil yang menghadap ke laut sekitar 2 Km dari benteng York. Pada tahun 1714 dimulailah pembangunannya dan selesai pada tahun 1718. Yoseph Colet menyebutnya benteng "Malborough" yang merupakan Duke Of Malborough pertama yang diangkat menjadi pahlawan nasional setelah ia memenangkan sejumlah pertempuran melawan Perancis dan musuh-musuh lainnya.
Pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles tahun 1818 – 1824 Bengkulu menjadi terkenal.
Pada Tahun 1825 Inggris yang menguasai Bengkulu melakukan tukar menukar dengan Belanda yang menguasai Malaysia dan Singapura. Belanda selanjutnya menempati benteng Malborough sampai perang dunia II yang pada akhirnya semua wilayah Sumatera diduduki tentara Jepang sampai Jepang menyerah kalah pada tahun 1945. Setelah kemerdekaan RI tahun 1945 benteng tersebut digunakan oleh TNI dan polisi sampai tahun 1970. Setelah kemerdekaan RI Bengkulu merupakan salah satu Keresidenan di Provinsi Sumatera Selatan, baru pada tahun 1968 Bengkulu terwujud menjadi Provinsi yang berdiri sendiri dan lepas dari Provinsi Sumatera Selatan.
Sumber :
http://bengkulu.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=56&Itemid=40
30 November 2009
Kesenian Tradisional "Nandeh" Bengkulu Punah
Salah satu kesenian dari kebudayaan masyarakat Bengkulu, yakni Nandeh, saat ini punah tergilas kesenian moderen, padahal sebelumnya sangat populer di mata masyarakat umum.
"Kesenian yang berasal dan berkembang di wilayah Talo, Masmambang, Manna, hingga Kaur itu di zaman dulu hampir ada di setiap acara warga yang sedang berduka," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu, Drs Agus Setiyanti, Minggu.
Sekarang ini, tidak ada lagi warga penerus yang berprofesi sebagai pelakon Nandeh tersebut, sedangkan untuk menghidupkan kembali sulit mencari sejarah dan cerita budaya Nandeh itu.
Kesenian Nandeh, katanya, adalah seni bertutur atau berdongeng, untuk menghibur warga yang sedang dilanda musibah, baik ditinggal kerabat terdekat ataupun musibah alam.
Seorang pelakon Nandeh mirip dalang yang bercerita atau pun berdongeng kepada warga yang terkena musibah tersebut, sedangkan dongeng yang diceritakan bertemakan perjuangan dan kejayaan dari para nenek moyangnya terdahulu serta diselingi dengan cerita lucu, sehingga warga terhibur dan duka yang dialami menjadi terlupakan.
Menurut Agus, seorang penutur Nandeh akan bercerita seperti setengah menyanyi dan bertutur seperti meratap, serta layaknya dalang di Pulau Jawa, penutur Nandeh juga menggunakan properti yaitu sebilah kayu atau bambu yang berukuran satu meter untuk menopang dagu nandeh.
"Jika di pulau Jawa kesenian wayang terus mengalami modifikasi, baik itu dalam properti yang digunakan seperti wayang terbuat dari karet lentur, sedangkan isi cerita yang dilakonkan terus berubah mengikuti perkembangan zaman dan masih diterima sampai sekarang," katanya.
Namun, kesenian Nandeh justru mengalami gempuran dari media elektronik yang selalu mengadakan acara beraneka ragam pilihan, akibat kemanjuan teknologi yang membuat jangkauan siaran saat ini hampir merata dapat diterima di seluruh pelosok Nusantara.
"Tidak adanya sumber daya manusia yang berprofesi sebagai Nandeh juga semakin memperburuk keadaan, apalagi kebiasaan seorang kakek bercerita kepada anak cucunya sebelum tidur saat ini sudah hilang dan tidak lagi diberlakukan," katanya.
Menanggapi keadaan seperti ini Disbudpar Bengkulu mencoba membangkitkan kembali budaya-budaya lama agar dapat bertahan dan berkembang di Bengkulu, dengan mengadakan festival kesenian yang bertemakan "Menyibak Masa Lalu dan Membuka Tabir Masa Depan."
"Semua kesenain asal Bengkulu akan dipertontonkan pada kegiatan tersebut," tambahnya.
Penulis: JY | Editor: jodhi | Sumber : ANT
Sumber :
http://oase.kompas.com/read/2010/01/12/03382549/Kesenian.Tradisional..quot.Nandeh.quot..Bengkulu.Punah
12 Januari 2010
"Kesenian yang berasal dan berkembang di wilayah Talo, Masmambang, Manna, hingga Kaur itu di zaman dulu hampir ada di setiap acara warga yang sedang berduka," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu, Drs Agus Setiyanti, Minggu.
Sekarang ini, tidak ada lagi warga penerus yang berprofesi sebagai pelakon Nandeh tersebut, sedangkan untuk menghidupkan kembali sulit mencari sejarah dan cerita budaya Nandeh itu.
Kesenian Nandeh, katanya, adalah seni bertutur atau berdongeng, untuk menghibur warga yang sedang dilanda musibah, baik ditinggal kerabat terdekat ataupun musibah alam.
Seorang pelakon Nandeh mirip dalang yang bercerita atau pun berdongeng kepada warga yang terkena musibah tersebut, sedangkan dongeng yang diceritakan bertemakan perjuangan dan kejayaan dari para nenek moyangnya terdahulu serta diselingi dengan cerita lucu, sehingga warga terhibur dan duka yang dialami menjadi terlupakan.
Menurut Agus, seorang penutur Nandeh akan bercerita seperti setengah menyanyi dan bertutur seperti meratap, serta layaknya dalang di Pulau Jawa, penutur Nandeh juga menggunakan properti yaitu sebilah kayu atau bambu yang berukuran satu meter untuk menopang dagu nandeh.
"Jika di pulau Jawa kesenian wayang terus mengalami modifikasi, baik itu dalam properti yang digunakan seperti wayang terbuat dari karet lentur, sedangkan isi cerita yang dilakonkan terus berubah mengikuti perkembangan zaman dan masih diterima sampai sekarang," katanya.
Namun, kesenian Nandeh justru mengalami gempuran dari media elektronik yang selalu mengadakan acara beraneka ragam pilihan, akibat kemanjuan teknologi yang membuat jangkauan siaran saat ini hampir merata dapat diterima di seluruh pelosok Nusantara.
"Tidak adanya sumber daya manusia yang berprofesi sebagai Nandeh juga semakin memperburuk keadaan, apalagi kebiasaan seorang kakek bercerita kepada anak cucunya sebelum tidur saat ini sudah hilang dan tidak lagi diberlakukan," katanya.
Menanggapi keadaan seperti ini Disbudpar Bengkulu mencoba membangkitkan kembali budaya-budaya lama agar dapat bertahan dan berkembang di Bengkulu, dengan mengadakan festival kesenian yang bertemakan "Menyibak Masa Lalu dan Membuka Tabir Masa Depan."
"Semua kesenain asal Bengkulu akan dipertontonkan pada kegiatan tersebut," tambahnya.
Penulis: JY | Editor: jodhi | Sumber : ANT
Sumber :
http://oase.kompas.com/read/2010/01/12/03382549/Kesenian.Tradisional..quot.Nandeh.quot..Bengkulu.Punah
12 Januari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)